PESANTREN TRADISIONAL
DI TENGAH TANTANGAN MODERNISASI
Oleh : Muchammad Ali Irwan
|
Ponpes Miftahul Ulum Ngawen ( MUN ) |
A. PENDAHULUAN
Dunia pesantren adalah dunia yang mewarisi dan memelihara kontinuitas tradisi
Islam yang dikembangkan ulama dari masa ke masa, dan hal tersebut tidak
terbatas pada periode tertentu dalam sejarah Islam, karenanya tidak sulit bagi
dunia pesantren untuk melakukan penyesuaian terhadap berbagai perubahan yang
terjadi. Maka itu kemamupuan pesantren untuk tetap bertahan dalam setiap
perubahan, bukan sekedar karena karakteristiknya yang khas, tetapi juga karena
kemampuannya dalam melakukan perbaikan terus menerus secara otodidak.
Pondok
Pesantren dalam proses pendidikannya lebih menitikberatkan pada ajaran Agama,
tetapi pada perkembangannya sekarang pendapat ini sedikit berubah mengingat
beberapa pesantren telah mencoba menerapkan system sekolah baik madrasah maupun
diniyah yang juga mengajarkan ilmu umum. Serta telah dilengkapinya pendidikan
dengan peralatan laiknya sekolah modern seperti adanya laboratorium, komputerisasi,
dll sehingga lulusan pesantren diharapkan memiliki kualitas yang sama dengan
lulusan sekolah biasa. Jenis pesantren ini disebut dengan pesantren modern yang
beberapa kalangan menilai sebagai pesantren ideal.
Hanya saja, perkembangan pesantren kearah yang modern ini seringkali melupakan
khittahnya sebagai basis Agama sehingga tak jarang pesantren yang telah
menerapkan system modern (barat) ini seperti kehilangan ruh, nilai dan jiwa.
Sehingga tak jarang lulusan dari pesantren masih berkepribadian dengan moral
yang jauh dari harapan. Hal ini bisa disebabkan barangkali karena banyak santri
yang masuk berasal dari golongan kaya yang notabene selalu bersikap mewah,
tidak mandiri, dan individualis. Kumpulan santri yang mempunyai sifat sama ini
kemudian sedikit banyak menggerus jiwa kesederhanaan, dan kemandirian pondok.
B. DINAMIKA PESANTREN
1.
Pengertian Pondok Pesantren
Pondok
pesantren adalah salah satu pendidikan Islam di Indonesia yang mempunyai
ciri-ciri khas tersendiri. Definisi pesantren sendiri mempunyai pengertian yang
bervariasi, tetapi pada hakekatnya mengandung pengertian Yang sama. Perkataan
pesantren berasal dari bahasa sansekerta yang memperoleh wujud dan pengertian
tersendiri dalam bahasa Indonesia. Asal kata san berarti orang baik (laki-laki)
disambung tra berarti suka menolong, santra berarti orang baik baik yang suka
menolong. Pesantren berarti tempat untuk Membina manusia menjadi orang baik. Sementara
itu ada juga yang memberikan batasan pesantren sebagai gabungan dari berbagai
kata pondok dan pesantren, istilah pesantren diangkat dari kata santri yang
berarti murid atau santri yang berarti huruf sebab dalam pesantren inilah
mula-mula santri mengenal huruf, sedang istilah pondok berasal dari kata funduk
(dalam bahasa Arab) mempunyai arti rumah penginapan atau hotel. Akan tetapi
pondok di Indonesia khususnya di pulau jawa lebih mirip dengan pemondokan dalam
lingkungan padepokan, yaitu perumahan sederhana yang dipetak-petak dalam bentuk
kamar-kamar yang merupakan asrama bagi santri.
Dalam
catatan sejarah, Pondok Pesantren dikenal di Indonesia sejak zaman Walisongo.
Ketika itu Sunan Ampel mendirikan sebuah padepokan di Ampel Surabaya dan
menjadikannya pusat pendidikan di Jawa. Para santri yang berasal dari pulau
Jawa datang untuk menuntut ilmu agama. Bahkan di antara para santri ada yang
berasal dari Gowa dan Talo, Sulawesi.
Pesantren
Ampel merupakan cikal bakal berdirinya pesantren-pesantren di Tanah Air. Sebab
para santri setelah menyelesaikan studinya merasa berkewajiban
mengamalkan
ilmunya di daerahnya masing-masing. Maka didirikanlah pondok-pondok pesantren
dengan mengikuti pada apa yang mereka dapatkan di Pesantren Ampel.
Kesederhanaan
pesantren dahulu sangat terlihat, baik segi fisik bangunan, metode, bahan
kajian dan perangkat belajar lainnya. Hal itu dilatarbelakangi kondisi
masyarakat dan ekonomi yang ada pada waktu itu. Yang menjadi ciri khas dari
lembaga ini adalah rasa keikhlasan yang dimiliki para santri dan sang Kyai.
Hubungan mereka tidak hanya sekedar sebagai murid dan guru, tapi lebih seperti
anak dan orang tua. Tidak heran bila santri merasa kerasan tinggal di pesantren
walau dengan segala
kesederhanaannya.
Bentuk keikhlasan itu terlihat dengan tidak dipungutnya sejumlah bayaran
tertentu dari para santri, mereka bersama-sama bertani atau berdagang dan
hasilnya dipergunakan untuk kebutuhan hidup mereka dan pembiayaan fisik
lembaga, seperti lampu, bangku belajar, tinta, tikar dan lain sebagainya.
Materi
yang dikaji adalah ilmu-ilmu agama, seperti fiqih, nahwu, tafsir, tauhid,
hadist dan lain-lain. Biasanya mereka mempergunakan rujukan kitab klasik atau
yang dikenal dengan kitab kuning. Di antara kajian yang ada, materi nahwu dan
fiqih mendapat porsi mayoritas. Hal itu karena mereka memandang bahwa ilmu
nahwu adalah ilmu kunci. Seseorang tidak dapat membaca kitab kuning bila belum
menguasai nahwu. Sedangkan materi fiqih karena dipandang sebagai ilmu yang
banyak berhubungan dengan kebutuhan masyarakat (sosiologi). Tidak heran bila
sebagian pakar meneyebut sistem pendidikan Islam pada pesantren dahulu umumnya
berorientasi pada fiqih (fiqih orientied) atau berorientasi pada nahwu (nahwu
orientied).
Masa
pendidikan tidak tertentu, yaitu sesuai dengan keinginan santri atau keputusan
sang Kyai bila dipandang santri telah cukup menempuh studi padanya. Biasanya
sang Kyai menganjurkan santri tersebut untuk nyantri di tempat lain atau
mengamalkan ilmunya di daerah masing-masing. Para santri yang tekun biasanya
diberi “ijazah” dari sang Kyai.
Lokasi
pesantren model dahulu tidaklah seperti yang ada kini. Ia lebih menyatu dengan
masyarakat, tidak dibatasi pagar (komplek) dan para santri berbaur dengan
masyarakat
sekitar. Bentuk ini masih banyak ditemukan pada pesantren-pesantren kecil di
desa-desa Banten, Madura dan sebagian Jawa Tengah dan Timur.
Pesantren
dengan metode dan keadaan di atas kini telah mengalami reformasi, meski
beberapa materi, metode dan sistem masih dipertahankan.Namun keadaan fisik
bangunan dan masa studi telah terjadi pembenahan.
2.
Komponen Pondok Pesantren
Secara
umum pesantren memiliki komponen-komponen kyai, santri, masjid, pondok dan
kitab kuning. Berikut ini pengertian dan fungsi masing-masing komponen.
Sekaligus menunjukkan serta membedakannya dengan lembaga pendidikan lainnya,
yaitu
a.
Pondok
Definisi
singkat istilah ‘pondok’ adalah tempat sederhana yang merupakan tempat tinggal
kyai bersama para santrinya.
Salah
satu niat pondok selain dari yang dimaksudkan sebagai tempat asrama para santri
adalah sebagai tempat latihan bagi santri untuk mengembangkan ketrampilan
kemandiriannya agar mereka siap hidup mandiri dalam masyarakat sesudah tamat
dari pesantren.
Sistem
asrama ini merupakan ciri khas tradisi pesantren yang membedakan sistem
pendidikan pesantren dengan sistem pendidikan Islam.
b.
Masjid
Dalam
konteks ini, masjid adalah sebagai pusat kegiatan amaliyah seperti ibadah dan
belajar mengajar. Masjid yang merupakan unsur pokok kedua dari pesantren,
disamping berfungsi sebagai tempat melakukan sholat berjamaah setiap waktu
sholat, juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Biasanya waktu belajar
mengajar berkaitan dengan waktu shalat berjamaah, baik sebelum maupun
sesudahnya.
c.
Santri
Santri
merupakan unsur pokok dari suatu pesantren, tentang santri ini biasanya terdiri
dari dua kelompok :
1.
Santri
mukim; ialah santri yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap
dalam
pondok pesantren.
2.
Santri
kalong (laju); ialah santri-santri yang berasal dari daerah-daerah sekitar pesantren
dan biasanya mereka tidak menetap dalam pesantren. Mereka pulang ke rumah
masing-masing setiap selesai mengikuti suatu pelajaran di pesantren.
d.
Kyai
Peran
penting kyai dalam pendirian, pertumbuhan, perkembangan dan pengurusan sebuah
pesantren berarti dia merupakan unsur yang paling esensial. Sebagai pemimpin
pesantren, watak dan keberhasilan pesantren banyak bergantung pada keahlian dan
kedalaman ilmu, karismatik dan wibawa, serta ketrampilan kyai. Dalam konteks
ini, pribadi kyai sangat menentukan sebab dia adalah tokoh sentral dalam
pesantren
e.
Kitab-kitab Islam klasik
Unsur
pokok lain yang cukup membedakan peantren dengan lembaga lainnya adalah bahwa
pada pesantren diajarkan kitab-kitab Islam klasik atau yang sekarang terkenal
dengan sebutan kitab kuning, yang dikarang oleh para ulama terdahulu, mengenai
berbagai macam ilmu pengetahuan agama Islam dan bahasa Arab. Kitab-kitab yang
merupakan warisan agung dari para ulama’ terdahulu tersebut terus dipertahankan
dan dilestarikan.
Pelajaran
dimulai dengan kitab-kitab yang sederhana, kemudian dilanjutkan dengan
kitab-kitab tentang berbagai ilmu yang mendalam. Tingkatan suatu pesantren dan
pengajarannya, biasanya diketahui dari jenis-jenis kitab-kitab yang diajarkan.
3.
Tipologi Pondok Pesantren
Pondok
pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam mengalami perkembangan bentuk sesuai
dengan perubahan zaman, terutama sekali adanya dampak kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Perubahan bentuk pesantren bukan berarti sebagai pondok
pesantren yang telah hilang kekhasannya. Dalam hal ini pondok pesantren tetap
merupakan lembaga pendidikan Islam yang tumbuh dan berkembang dari masyarakat
untuk masyarakat.
Secara
faktual ada beberapa tipe pondok pesantren yang berkembang dalam masyarakat,
yang meliputi:
a.
Pondok Pesantren Tradisional (Salafiyah)
Pondok
pesantren ini masih tetap mempertahankan bentuk aslinya dengan semata-mata
mengajarkan kitab yang ditulis oleh ulama’ pada abad ke 15 M dengan menggunakan
bahasa arab.
b.
Pondok Pesantren Modern
Pondok
pesantren ini merupakan pengembangan tipe pesantren karena orientasi
belajaranny cenderung mengadopsi seluruh sistem belajar secara klasik dan
meninggalkan sistem belajar tradisional. Penerapan sistem belajar modern ini
terutama nempak pada bangunan kelas-kelas belajar baik dalam bentuk madrasah
maupun sekolah.
Kurikulum
yang dipakai adalah kurikulum sekolah atau madrasah yang berlaku secara
nasional. Santrinya ada yang menetap ada yang tersebar di sekitar desa itu.
Kedudukan para kyai sebagai koordinator pelaksana proses belajar mengajar
langsung di kelas. Perbedaannya dengan sekolah dan madrasah terletak pada porsi
pendidikan agama dan bahasa Arab lebih menonjol sebagai kurikulum lokal.
c.
Pondok Pesantren Komprehensif
Sistem
pesantren ini merupakan sistem pendidikan dan pengajaran gabungan antara yang
tradisional dan yang modern. Artinya di dalamnya diterapkan
pendidikan dan
pengajaran kitab kuning dengan metode sorogan, bandongan dan wektonan, namun
secara reguler sistem persekolahan terus dikembangkan. Bahkan pendidikan
ketrampilan pun diaplikasikan sehingga menjadikannya berbeda dari tipologi
kesatu dan kedua.